Restu Nur Wahyudin

-Teacher, Writer, and Adventurer-

Noktah

Leave a Comment



Biasa-Nya ketika penat mengintai
Terngiang Racun sesaat menghilang
Sadar mata luluh terdiam.
Lisna di surat itu Hingga pena terbelah dua
usunglah awan sungkan meratap
_senja kelam tepat semua melegam
lembayung alunkan simponi rintihan
gagak hitam kembali bersemedi ke desa-Nya dan jangan biarkan airmu menetes_

nadi mengalir tak karuan
Terekam harap menanti jawab
celoteh kawan bau cibiran sumpah serapah sukar kuucap
ketika waktu yang mengembara
kesekian kali sinergi kisah
sedari awal harumnya bangkai
namun syukur terlihat asing
_ketika waktu memecat senja
bersiap hitam mengintai
gelap terpingkal terbahak-bahak_
tanda ketika surat akhir-Nya sampai

2008, kantin sekolah
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar