
:: Untuk Gina Yulianty
(I)
andai semilir angin tidak membawa butiran-butiran debu yang hinggap di pundakku O teramat pekat beban hidup ini atau pula burung-burung terbang bebas tanpa sayap: Teramat sukar dicapai nalar kusaksikan segenap alam mengepung disesaki butir-butir berdebu hingga sampai terdiam sunyi berteduh di bawah lazuardi perempuan nan molek: datang menjelma bagai kilatan warna
(II)
mataku seketika layu di antara tiupan angin yang menderu aku berkaca pada wajah halusnya masih seperti dahulu seperti pertama kali mengintip dua kumbang yang sedang bercumbu puas atau bercerita tentang hidup di hari seterusnya: sampai pada titik nadir yang lunglai
(III)
angin sejenak berhenti matanya tampak teduh butur-butir air mata menepi diantara kelopak hatiku teriris perih Ada apa denganmu manis? suara hatiku Ia menangkap Tanya-tanya itu menjawab tegas segalanya bagai arah lurus terus melaju melawan kabisat sejalan bergerilya dengan kuatnya waktu
(IV)
lalu sekebat hitam memisah dari jauh suara panggilan jagad lantas aku hanya menangis pilu tak kuasa melihat dia tidak berpaling doa-doa kupanjatkan di peristirahatan terakhirnya Jiwa kesepian merangkulku dibalik nyata
Tambora, 2010
0 komentar:
Posting Komentar