Restu Nur Wahyudin

-Teacher, Writer, and Adventurer-

Sepakbola dan Pengorganisasian

Leave a Comment



Fantastis! Kata itu mungkin yang spontan tercetus di mulut, ketika orang menyaksikan pertandingan Barcelona akhir-akhir ini. Bercokol di puncak klasemen La Liga, dilatih oleh sosok jenius, dihuni oleh pemain-pemain terbaik dunia, dan sistem regenerasi pemain yang terencana.


Decak kagum penonton selalu membahana kala Messi, peraih Ballon de'Or menggiring bola, ditambah Xavi dan Iniesta yang selalu mempertontonkan umpan-umpan akurat. Belum lagi pemain muda asli didikan Barcelona yang selalu tampil apik semisal Pedro Rodreguez, Bosquest, Bojan Krkic, dan Pique. Lengkap sudah.

Kondisi sempurna ini kiranya takkan terjadi seandainya seluruh jajaran tim Barcelona tidak terorganisir dengan baik. Lebih realistis, kondisi Barcelona lahir dari usaha yang tidak instan dan bukan karena faktor dewi fortuna.

Barcelona adalah gambaran kesuksesan pengorganisasian sepakbola. Melalui sepakbola, kita diajarkan kebenaran atas kenyataan yang terjadi. Pengorganisasian yang baik, akan berdampak pada hasil akhir di lapangan. Begitu pula dengan pengorganisasian managerial dalam sebuah tim sepakbola, akan berdampak pada banyaknya profit yang didapat oleh tim sepakbola tersebut.

Pengorganisasian
Barcelona dan pengorganisasian sepakbola agaknya dapat dijadikan cerminan bagi kita untuk menyusun rencana di kehidupan sosial. Hasil yang baik lahir dari struktur yang terencana, bukan kebohongan atau muslihat.

Sebelum melakukan pengorganisasian, sejatinya kita terlebih dahulu menganalisis realitas sosial dan berbagai strategi untuk mewujudkan perubahan sosial. Kedua hal tersebut menjadi sebuah input dalam melakukan pengorganisasian.

Analisis sosial yang melahirkan berbagai strategi perubahan, akan direalisasikan dalam bentuk pengorganisasian. Sangat mustahil agaknya jika seorang pelatih sekaliber Pep Guardiola mampu mengorganisir tim Barcelona dengan baik, jika sebelumnya Ia tidak menganalisis keadaan di sekitar timnya. Bagaimana keadaan tim-tim lawan? Bagaimana strategi yang harus dijalankan untuk mengalahkannya?

Pengorganisasian merupakan proses pembagian kerja bersama dari para anggota suatu organisasi. Pada prinsipnya, pengorganisasian berguna untuk menunjukkan cara pemberdayaan sumber daya manusia agar dapat bekerjasama dalam suatu sistem kerja sama dengan harapan dapat mencapai tujuan organisasi. Pembagian kerja, harus dilakukan secara efektif agar tujuan organisasi yang dicita-citakan dapat terpenuhi.

Terdapat beberapa syarat yang menunjang keberhasilan dalam pengorganisasian, antara lain:
Pertama, mengacu pada tujuan umum organisasi. Pada hakikatnya setiap individu pasti memiliki isi kepala yang berbeda-beda. Untuk mencapai tujuan bersama itu, maka setiap anggota khususnya pemimpin organisasi harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Hal ini dimaksudkan agar pencapaian kepentingan pribadi tidak dominan dan tujuan umum organisasi dapat terealisasikan.

Kedua, tugas menejerial dilakukan secara bersama-sama melalui sistem spesifikasi. Sistem spesifikasi sama artinya dengan pengelompokan kerja berdasarkan spesialisasi tertentu. Dengan adanya sistem spesifikasi maka kehidupan organisasi akan berjalan secara terstruktur. Cara-cara menejerial diarahkan pada usaha-usaha yang kooperatif agar aktivitas pencapaian tujuan kelompok benar-benar dapat diwujudkan.

Ketiga, adanya upaya pengelompokan anggota-anggota spesialisasi sesuai dengan prinsip pengorganisasian. Setelah adanya pengelompokan spesialisasi tugas menejerial secara struktur maka syarat lain yang harus dipenuhi adalah mengelompokkan anggota yang sesuai dengan spesialisasi yang ada. Sumber daya manusia yang ada dalam organisasi akan bekerja lebih tersruktur bila dikelompokan dalam kelompok-kelompok tertentu yang memiliki spesifikasi berbeda dalam rangka mencapai tujuan umum organisasi. Dengan adanya pembagian tugas ini, diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan.

Sesuai Harapan
Pengorganisasian dapat dikatakan baik jika hasil yang didapat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi itu sendiri. Meminjam kata-kata Goethe, "Die Tat ist alles, nichts der ruhm (Perbuatan adalah segalanya, bukan nama harum)". Pada dasarnya, perbuatan individu sendirilah yang menunjang dalam pengorganisasian, bukan berorientasi kepada nama besar organisasi itu sendiri.

Perbuatan individu akan menjadi sekedar utopia jika tidak didasarkan pada teori yang sesuai dengan orientasinya. Dalam teori G. R. Terry tentang pengorganisasian, terdapat beberapa langkah kerja dalam berorganisasi, antara lain:

Pertama, planing: merumuskan segala hal yang akan dilakukan oleh organisasi secara umum, misalnya tujuan, landasan, kekuatan dan kelemahan organisasi dll. Perencanaan harus dibuat cukup luas yang mencakup semua tindakan yang diperlukan sehingga koordinasi dari aktivitas-aktivitas unit kerja dapat terjamin dan terhindar dari hambatan-hambatan secara teknis.

Kedua, organizing: tindak lanjut dari perencanaan organisasi. Dalam tahap ini dilakukan pengaturan-pengaturan dan pembagian kerja yang spesifik. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi efektivitas penyelenggaraan kerja.

Ketiga, actuating: Pelaksanaan rencana.

Keempat, controling: proses pengendalian, proses ini biasanya dilakukan oleh ketua atau pimpinan organisasi.

Kelima, evaluating: evalusi dilakukan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan yang dicapai oleh sebuah organisasi.

Sinergitas, kiranya itulah yang menjadi kata kunci dalam pengorganisasian. Pengorganisasian akan berhasil jika kita mampu menyinergikan antara analisis sosial, strategi perubahan sosial dan praktik pengorganisasian itu sendiri. Proses yang baik, akan berdampak pada hasil positif seperti Barcelona dan beberapa keberhasilan pengorganisasian lainnya.

*Restu Nur Wahyudin. Mahasiswa UPI Bandung. Aktif di Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar