kepada Syifa Nursyamsiah
1/ Suatu ketika; doaku menyambangi dirimu yang berbeda dengan rasa biasa, seperti mentari yang kerap memancar siang yang basah dirimu adalah siang terang tanpa hujan, selalu sungguh menjadi bagian dari gulir kehidupanku. Dekat denganmu; Aku selalu dibawa dalam perjalanan menakjubkan ke kota yang asing Kita akan mengunjungi hamparan bukit membentang, kita berkelana dalam permadani hijau. Meski terkadang waktu tak selalu riang. Aku selalu menyiasatinya dengan senyum jika datang waktu yang lama-bersama. Sungguh, kepuasanku tak sanggup diterjemahkan oleh kata-kata: melebihi nikmatnya Gluehwein pada musim berbalut salju. Ini tampak berbeda, tidak seperti sebelumnya yang berlebih tapi untuk sementara. Ini sangat biasa, tapi justru selamanya.
2/ Duhai, doaku menjelajahi seisi kota: mencari cintaku. melewati jajaran pinus yang anggun. Menyelusup di antara rumput-rumput yang tipis, dan masuk dalam telinga pengunjung residenz palace: mereka mengiang doaku dengan khidmat bak memandang takjub ornamen-ornamen Albrecht cintaku ibarat sebuah bunga elok yang tumbuh di tengah-tengah bukit Suatu saat; doaku menyambangi masa depan. Kita akan meninggalkan hari ini. berpapasan dengan impian dan segera menyusun rencana dengan tepat: aku ingin menyalamimu dengan sepasang cincin serangkai berkilau.
rumahtirani, 4 November 2010
0 komentar:
Posting Komentar