Pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang sesuai dengan kegemaranmu. Demikian banyak orang berujar. Kata-kata tersebut saya yakini benar adanya sampai kini berkarier di dunia pendidikan.
Rasanya, seperti ada kelegaan
batin ketika apa yang kita
ajarkan dapat berguna untuk semua. Setiap waktu bisa melihat semangat masa
depan negeri ini pada mata jernih anak-anak. Membuka nalar insan yang alpa, menjadi para pengukir
makna peradaban.
Memilih
karier sebagai guru tak lahir dari diri
sendiri. Saya jatuh hati pada
sosok-sosok sejarah yang berjuang memerdekakan negara ini dengan pendidikan. Sosok
yang menjadikan akal dan nalar untuk
ditebar pada mereka yang
terjajah.
Salah
satu sosok inspirator itu adalah Raden Dewi Sartika. Ia berani mendobrak budaya
masyarakat era kolonial dengan mendirikan sekolah untuk perempuan di tanah
pasundan. Berkat jasanya, perempuan sunda dapat mengenyam ilmu, tak sebatas
bergantung pada orang tua dan suami.
Hari
ini kondisinya memang berbeda dengan masa Rd. Dewi Sartika hidup. Kita telah
merdeka dan tak ada diskriminasi pendidikan perempuan. Namun, spirit perjuangannya
memberantas kebodohan akan selalu jadi teladan. Terinspirasi dari nilai-nilai perjuangan Rd. Dewi Sartika, saya
menyusuri takdir menjadi guru.
Generasi
Penulis
Segalanya
bermula dari keresahan saya terhadap sisi lain era milenial. Kita semakin mudah
mengakses informasi melalui gawai. Hanya saja, kemudahan tersebut seakan jadi
bumerang. Melalui media sosial, kita dihadapkan pada informasi ringkas yang
berlalu begitu cepat. Kita jadi terbiasa dan lapar akan informasi. Belum sempat
menyerap satu teks, sudah datang jejalan teks lainnya.
Alih-alih
turut serta mencipta, kita cenderung jadi penikmat dari teks yang terus berkembang.
Padahal kemudahan informasi menjadi modal penting dalam berkarya. Tak heran
jika saat ini masih minim budaya menulis di kalangan pelajar Indonesia.
Hal
itu yang melecut misi saya dapat berkontribusi. Berbekal keterampilan menulis yang
telah ditempa saat masih jadi mahasiswa, saya bertekad untuk mencetak generasi
penulis. Sebagai catatan, tulisan saya berupa esai dan cerpen tersebar di media
cetak, seperti Pikiran Rakyat, Republika, Suara Merdeka, Galamedia, Inilah
Koran, dan Kompas.
Tahun ini adalah tahun
keempat saya menapak jejak sebagai guru. Sampai tulisan ini tuntas, ikhtiar menebar
ilmu penulisan setidaknya mulai tampak. Buah kreativitas anak didik saya
tersebar di media cetak, mulai dari Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Riau
Pos, hingga Kompas. Adapun bentuk karyanya beragam, seperti puisi, esai,
cerpen, dan cerita bergambar.
Dalam
ranah kompetisi, anak-anak juga memiliki prestasi yang membanggakan, seperti
juara 1 lomba cerpen FLS2N Depok (2016), juara 2 cerpen FLS2N Jabar (2016),
perwakilan Jabar lomba cerpen OLSN tingkat nasional (2017), dan juara 1 lomba
cerpen tingkat Asia, Asian Story-Writting Challenge yang diikuti 18 negara di
Asean.
Melalui
tulisan ini, saya ingin berbagi inspirasi membentuk generasi penulis di kalangan pelajar.
Meretas jalan generasi penulis Indonesia.
Di kelas, saya mencoba mengajak anak
gemar membaca melalui diary pembaca. Diary pembaca adalah catatan harian
pegangan anak. Selain diisi oleh catatan harian, saya mengarahkan anak untuk
mengisinya dengan kutipan-kutipan menarik dari teks yang mereka baca. Atau,
bagi yang gemar menggambar, anak dapat menggambar sketsa yang terinspirasi dari
teks bacaan. Pengisian Diary pembaca bisa dilakukan di manapun kala anak-anak
luang dan tuntas membaca.
Saya merekomendasikan anak-anak untuk membaca buku sastra, seperti novel, cerpen atau puisi. Melalui sastra anak dapat menemukan kata-kata indah dan makna dari tiap peristiwa.
Tujuan
diary pembaca adalah anak-anak bisa menyerap imajinasi yang mereka dapat dari
buku bacaan. Kegiatan ini juga dapat menjadi pembiasaan menulis, agar tak kaget
ketika hendak menulis teks yang cukup panjang.
Ruang diskusi
penulisan daring mewadahi anak-anak penggemar sastra yang terbatas jarak dan
waktu. Anak-anak juga bisa menyampaikan usulan program bagi sekolah, seperti
mendatangkan penulis ke sekolah, konser musikalisasi puisi, donasi buku, dan
pelatihan menulis.
Saya
sangat bersyukur, sebab salah seorang siswi saya, Fayanna Ailisha Davianny,
telah menulis 45 novel anak. Atas prestasinya tersebut, Fayanna bisa menjadi
inspirasi untuk semua. Dibantu oleh anggota The Writer Ranger lainnya, Fayanna
berbagi tips menulis cerita pada adik-adik SD.
Selesai
mendapatkan materi, anak-anak menuangkan karyanya dalam media blog. Awalnya anak-anak serasa canggung
menulis. Ada rasa malu jika karya mereka dipublikasikan. Kala itu saya
memberikan wawasan contoh tokoh kemerdekaan indonesia tak lepas dari dunia
tulis menulis. Seperti tokoh pendidikan Rd. Dewi Sartika yang menggagas sekolah
bagi perempuan
pribumi
dan menuangkan pemikirannya dalam bentuk buku.
Seiring beberapa pertemuan, anak-anak mulai lancar menuangkan gagasan. Isi postingannya beragam, ada yang berbentuk tips, catatan perjalanan, cerita pendek, dan puisi. Biasanya kami saling mengomentari hasil karya dalam postingan. Mulai dari isi sampai penulisan tanda baca yang baik dan benar.
Berkolaborasi
Sebagai
guru, saya tak memaksa semua anak harus handal dalam menulis karangan. Jalan
tengahnya yakni mengolaborasikan bakatnya. Anak yang unggul dalam mengemas
cerita, saya kolaborasikan dengan anak yang unggul menggambar.
Saya memberi tantangan bagi mereka untuk membuat proyek berupa komik. Mereka lantas menyanggupinya dan berkolaborasi. Persilangan ide terjadi. Hasilnya, komik anak tersebut dimuat di koran Kompas.
Memiliki
generasi yang gemar menulis bukanlah hal mustahil dimiliki oleh negeri ini. Sebagaimana
spirit perjuangan Rd. Dewi Sartika, tak ada yang tak mungkin mencerdaskan
negeri, selama tekad kuat dalam diri.
Diary
Pembaca
Tanpa membaca, rasanya mustahil akan menjadi penulis.
Seumpama seseorang yang ingin bertubuh kekar tapi tak makan dan berolahraga.
Membaca adalah kegiatan mengasup gagasan bagi penulis.
Saya merekomendasikan anak-anak untuk membaca buku sastra, seperti novel, cerpen atau puisi. Melalui sastra anak dapat menemukan kata-kata indah dan makna dari tiap peristiwa.
Dokumentasi kegiatan proyek diari yang dilakukan tahun 2017 di kelas 7 SMP Islam Dian Didaktika |
Kegiatan
ini mengolaborasikan keterampilan membaca dan menulis. Saya tak muluk-muluk,
anak tak perlu panjang menulis kesan dari buku yang mereka baca. Dua atau tiga
kalimat juga sudah cukup selama konsisten.
Ruang Diskusi
Daring: The Writer Rangers
Saya
membentuk ruang diskusi daring pada media sosial Line. Ruang ini berbentuk grup
bagi anak-anak yang memiliki peminatan khusus dalam kepenulisan. Anak-anak
menamakannya sebagai The Writer Rangers. Aktivitas ruang diskusi daring ini
biasanya diisi dengan konsultasi menulis, cara mengirim ke media, informasi
lomba penulisan, dan bedah buku yang baru terbit.
Ruang diskusi daring membahas tentang ulasan buku yang dibaca |
Beberapa
waktu yang lalu misalnya, berawal dari usul beberapa anak, kami mengadakan
pelatihan menulis cerita untuk siswa SD. Tujuannya, agar anak-anak The Writer
Ranger bisa berbagi inspirasi penulisan kepada anak-anak di bawah usia mereka.
Kebetulan, selain unit SMP, sekolah kami juga memiliki unit SD. Jadi anak-anak
bisa berbagi pengalaman di sana.
Fayanna bersama anggota The Writer Ranger lainnya saat berbagi pengalaman menulis kepada adik-adik SD Dian Didaktika. |
Ruang
diskusi daring memudahkan saya untuk berbagi keterampilan menulis pada anak.
Tak terbatas ruang dan waktu sebab memanfaatkan media gawai.
Blogger Pelajar
Agar
tak sekadar jadi penikmat pesatnya informasi era digital, saya menggagas
blogger pelajar di sekolah. Saya mengumpulkan anak-anak yang memiliki minat menulis.
Kami mengadakan pertemuan setiap minggu dengan tema seputar penulisan dan
peristiwa yang terjadi di sekitar anak-anak.
Seiring beberapa pertemuan, anak-anak mulai lancar menuangkan gagasan. Isi postingannya beragam, ada yang berbentuk tips, catatan perjalanan, cerita pendek, dan puisi. Biasanya kami saling mengomentari hasil karya dalam postingan. Mulai dari isi sampai penulisan tanda baca yang baik dan benar.
Karya blog anak didik saya |
Berkolaborasi
Saya
sadar bahwa semua anak memiliki kecerdasan majemuk. Tak semua anak akan jadi
penulis berbakat. Ada yang unggul dalam bermusik, menggambar, atau bernyanyi.
Setidaknya, keterampilan menulis ini dapat membantu jalan hidup mereka dengan
bakatnya masing-masing.
Saya memberi tantangan bagi mereka untuk membuat proyek berupa komik. Mereka lantas menyanggupinya dan berkolaborasi. Persilangan ide terjadi. Hasilnya, komik anak tersebut dimuat di koran Kompas.
Ada juga
beberapa anak yang handal menulis terlibat dalam proses kreatif ekstrakurikuler
film. Mereka berkolaborasi bersama anak-anak yang berbakat dalam peliputan dan
penyuntingan video sehingga bisa menghasilkan karya berupa film pelajar.
Restu Nur
Wahyudin, Guru Bahasa Indonesia SMP Islam Dian
Didaktika Depok.
Sebuah perjalanan hidup yang menyenangkan bisa aktif maksimal di bidang yang kita cintai.
BalasHapusSemoga selalu sehat bro, anak didik masih haus ilmu. Terus semangat dan kreatif.
Terima kasih, Bro. Amin. Sukses terus dalam bermusik :)
HapusEverything is fun ...and enjoy ...berkarya terus bro
BalasHapus