Restu Nur Wahyudin

-Teacher, Writer, and Adventurer-

Menekankan Keaktifan Siswa Belajar Bahasa

Leave a Comment


sweet surrender by Chidi Okoye

Pengajaran Bahasa Indonesia (PBI) kerap dinilai sebagai pengajaran yang kaku dan membosankan. Terdapat kecenderungan di mana siswa hanya menjadi pendengar yang baik dari materi yang diberikan oleh guru. Pendekatan CTL (contextual teacing learning) dapat dikatakan sebagai antitesis dari permasalahan tersebut.

Keaktifan Siswa

Pendekatan yang dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (Priyatni, 2002:1) ini pada praktiknya mendorong siswa untuk berperan aktif dan mandiri dalam proses belajar. Interaksi yang terjadi tidak satu arah saja, melainkan dua arah antara guru dan siswa. Hegemoni siswa di kelas semakin ketara sehingga dapat menggairahkan pembelajaran Bahasa Indonesia.

Tempat pembelajarannya pun tidak hanya di kelas, Guru dapat memanfaatkan alam terbuka atau bahkan tempat umum sekalipun. Ini bertujuan agar siswa semakin cakap dalam berinteraksi dan menganalisis sesuatu. Mereka menjadi terbiasa dalam menilai orang berbicara, membaca koran, dan menulis di catatan harian.

Sarat Manfaat

Ketika berada di ruang kelas, tidak dapat terbantahkan jika pada suatu waktu muncul kebosanan dalam diri siswa untuk belajar. Indikasinya dapat dilihat dari minimnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Melalui pembelajaran CTL yang berorientasi pada partisipasi aktif siswa, memiliki keunggulan khususnya bagi siswa itu sendiri.

Siswa dapat berpikir kritis dan kreatif. Ambil contoh ketika pembelajaran berbicara, guru mendorong siswa untuk dapat mengeluarkan pendapat dalam studi kasus. Siswa tidak diarahkan sebagai pendengar yang baik, melainkan diarahkan untuk mengkaji dan menyelesaikan permasalahan melalui dialektika.

Pembelajaran CTL atau yang biasa dikenal kontekstual, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dari keaktifan siswa dalam pembelajaran, muncul suatu dinamika di dalam kelas di mana ilmu yang didapat memiliki koherensi dengan ilmu sosial yang didapat siswa di kehidupan sehari-harinya.

Siswa mampu bekerja sama dan berkomunikasi. Kecenderungan pada pembelajaran konvensional saat ini di mana komunikasi antara guru dan siswa terjadi seperti konsumen dan produsen, nyaris tidak ada sinergitasi di dalamnya. Melalui pembelajaran CTL siswa memperoleh pengetahuan melalui kelompok, diskusi, dan komunikasi dari sesama siswa. Hasil dari komunikasi tersebut dapat dimanfaatkan siswa untuk kehidupannya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa dapat bersosialisasi dengan baik dan mampu menganalisis masalah yang terjadi di sekitarnya.

*Restu Nur Wahyudin. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Volunter di Cipandan Education Syndicate.


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar