Sivitas
akademik sekolah bersiap menyambut tahun ajar baru. Tak hanya siswa yang
menantikan momen ini, tetapi juga sarjana pendidikan yang mulai merintis karier
menjadi guru.
Ya, lazim
bagi lembaga pendidikan membuka kesempatan karier menjadi guru saat pergantian
tahun ajar. Peluang tersebut amat dinanti bagi sarjana pendidikan yang notabene
kian meningkat setiap tahunnya. Mereka yang mujur berkarier jadi guru adalah
mereka yang teguh menggenggam tekad menebar ilmu bagi anak-anak negeri.
Data
mencatat, kuota penerimaan guru di Indonesia sekitar 40.000 per tahun. Angka
itu tak sebanding dengan lulusan sarjana pendidikan yang mencapai ratusan ribu
setiap tahun (Kompas, 17/6/2015). Karenanya, tak sedikit sarjana pendidikan
yang menemukan jalan karier di luar bidang pedagogik.
Sebagaimana
pengalaman penulis, masa-masa awal bekerja di sekolah amat berkesan. Datang
membawa energi dan semangat yang tinggi, kita akan menghadapi karakter siswa
dan rekan kerja yang beragam. Kita juga akan menemukan kondisi yang kadang tak
banyak disampaikan dalam teori perkuliahan. Hal ini amat mendorong kita untuk belajar
dari keadaan, cakap bersosialisasi, dan mengikis ego pribadi.
Berpikir terbuka dan belajar dari keadaan, memudahkan kita untuk beradaptasi di tempat kerja (sumber gambar: film Dead Poet Society) |
Adaptasi di
sini bukan berarti menjebakkan diri pada realitas,
menjadi manusia yang mekanistis, dan mengubur spirit inovasi yang kita genggam
erat-erat selama berkuliah. Adaptasi adalah belajar mengenal lingkungan, menyatukan
hati, dan mencari celah yang bisa kita kolaborasikan dengan spirit dan misi
diri.
Setidaknya
terdapat empat upaya yang bisa dicoba bagi guru baru agar cepat beradaptasi
dengan lingkungan kerja.
Pertama, pahami sejarah lembaga tempat kita
bekerja. Sebelum
beranjak lebih jauh, sebaiknya kita mempelajari sejarah lembaga tempat kita
bekerja. Bayangkan perjuangan para pendirinya. Pelajari visi dan misinya. Ketahui
budaya yang menjadi ciri khas lembaga tersebut. Hal ini dimaksud agar sifat dan
tindak kita tak berbenturan dengan budaya kebaikan yang diterapkan dalam
lembaga tempat kita bernaung.
Mencari tahu sejarah lembaga tempat kita bekerja dapat meningkatkan rasa kebermilikan kita bekerja (sumber gambar: film school of rock) |
Kedua, jadikan karakter rekan kerja sebagai
cermin diri. Memberikan
pelayanan pendidikan yang berkualitas adalah buah kerja kolaborasi guru.
Karenanya, penting untuk menjaga ikatan kekeluargaan antarguru. Jangan sungkan
untuk memulai percakapan. Relasi kerja ibarat cermin, jika kita membuka diri,
antusias belajar, dan memberikan kebaikan, seiring waktu, itu juga akan nampak
pada sikap rekan kerja yang dekat dengan kita.
Relasi kerja cenderung timbal balik. Jika kita terbuka, teman kerja kita akan memiliki sifat serupa (sumber gambar: film Freedom Writers) |
Ketiga, gali pengalaman sedalam-dalamnya dari
guru yang telah lama mengajar. Kita bisa
saja memiliki ilmu yang tinggi dan cakap melek teknologi terkini, namun
pengalaman selalu menjadi hal berharga bagi kita saat menghadapi tantangan.
Pengalaman kerap berbuah pada ketenangan bersikap. Dan itu dimiliki oleh
guru-guru yang telah lama mengajar.
Sesekali lihatlah performa teman kita saat mengajar, amati segala kelebihannya (sumber gambar: film School of Rock) |
Kiranya
penting bagi guru baru untuk bertukar gagasan dengan guru yang telah lama
mengajar. Amati segala kelebihannya dan kolaborasikan dengan kelebihan yang
kita punya.Kelak, ketenangan akan terasa dalam diri kita saat mencoba
mengeksplorasi gagasan pembelajaran.
Keempat, dekati siswa dari hal yang mereka gemari. Hal utama saat masa awal menjadi guru yakni
membuat anak-anak tertarik pada cara kita mengajar. Kita bisa memulainya dengan
mencari tahu apa yang anak-anak gemari. Selanjutnya kita bisa menghubungkan
dengan materi ajar.
Dekati siswa dari apa yang ia gemari. Anak-anak akan menghargai kita. (Sumber gambar: Film Taare Zameen Par) |
Misalnya, setelah
kita observasi, anak-anak amat menyukai sosok tokoh komik digital. Guru bisa
menyisipkan tokoh komik tersebut dalam media pembelajaran. Kemudian kaitkan
dengan materi ajar. Pada tahap ini anak-anak akan sadar, betapa gurunya amat
menghargai hal yang mereka gemari.
Meniti
karier menjadi guru, membuat kita mengerti betapa belajar itu tiada akhir untuk
bisa menabur ilmu pada anak-anak. Sampai pada tahap kita
berhasil menyentuh jantung hati anak-anak, maka dapat dipastikan bekerja itu
seperti piknik.
*Edisi cetak tulisan saya berjudul “Merintis Karier Menjadi Guru” dimuat di harian Pelita, 12 Juli 2017.
Menjadi seorang pendidik tidaklah mudah terlebih memulainya, pasti banyak rasa canggung kepada siswa didik, apalagi kalau sang guru melakukan kesalahan pasti akan ada rasa gimana gitu.
BalasHapusYap. Ada banyak hal yang di luar prediksi kita. Tapi benar-benar berkesan :)
Hapus