Restu Nur Wahyudin

-Teacher, Writer, and Adventurer-

Proyek Menulis Diary Pelajar

2 comments

Tiap lima menit pada awal pembelajaran, saya memberikan tantangan untuk anak-anak berupa proyek menulis diary. Proyek ini jadi ruang untuk mengekspresikan pengalaman, unek-unek, dan harapan anak-anak.

Agar dapat memantik anak menulis, saya berikan batas minimal tiga kalimat. Isinya berupa cerita akivitas anak pada hari sebelumnya dan harapan untuk hari ini. Untuk menjaga komitmen, si saya juga ikut nulis diary bersama-sama.

Eh iya, bagi anak-anak yang suka gambar, saya arahkan untuk buat ilustrasi atau komik di bawah tulisan hariannya.

Kita kadang lebih mudah untuk bercerita secara lisan, tapi bingung kalau diminta untuk menuliskannya. Nah, dengan proyek diary ini saya berharap bisa mengubah pola pikir itu. Menulis bisa mengalir seperti kita berbicara. Caranya hanya perlu dibiasakan.

Bila kita rajin mencatat momen keseharian, tentu akan berguna kelak. Setidaknya, jika melakukan keputusan yang salah dalam hidup, tulisan bisa jadi pengingat bagi kita untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.

Lebih jauhnya, catatan harian kelak bisa membuka nurani pembacanya. Anne Frank ketika menulis catatan hariannya mungkin tidak berpikir jika tulisannya bisa mengingatkan kita hingga kini tentang pembantaian ras yang dilakukan Nazi.

Kita barangkali takkan tahu kisah heroik-melankolik Soe Hok Gie jika ia tidak menuliskan kisah hidupnya. Kita juga bisa tahu murid-murid Bu Guru Ellen Gruwell yang awalnya rasial menjadi toleran dan inspiratif dengan menulis catatan harian.

Jadi, kita lihat sejauh mana proyek ini akan terus berjalan. Selamat menulis dan bergembira.

Catatan: Di foto anak-anak berpose bersama buku diary-nya.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

2 komentar: