BAB I
Identitas Pembaca
Restu Nur Wahyudin, Lahir di Bandung, 19 Mei 1991. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bergiat di Hima Satrasia subbidang Partisipasi Sosial Politik Mahasiswa (PARSOSPOLMAWA) dan Bergiat di Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK) Departemen jaringan.
Latar Belakang Membaca
Melihat akan trend novel saat ini yang bertemakan cinta Islami, mendorong minat penulis untuk membaca buku yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra karangan Habiburrahman El Shirazy. dalam buku tersebut, terdapat dua buah novel mini yaitu yang berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” yang sekaligus merupakan judul dari buku tersebut dan novel yang berjudul “ Setetes Embun cinta Niyala”. Selain itu fenomena berdampak negatif yang terjadi saat ini adalah umumnya individu memandang cinta hanya dari rupa tanpa melihat kekuatan cinta, menjadi dorongan tersendiri untuk membaca novel ini.
Harapan Membaca
Harapan penulis setelah membaca novel berjenis psikologi islami pembangun jiwa ini adalah dapat mencari jawaban akan cerita kekuatan cinta yang tak pandang rupa ataupun materi. Selain itu, penulis berharap untuk dapat menyerap norma-norma kehidupan, khususnya cinta apabila dikaitkan dengan unsur Islami.
BAB II
Identitas Buku
Judul buku : Pudarnya Pesona Cleopatra
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika
Cetakan : XII
Tahun Terbit : 2007
Jumlah Halaman : VII+111 halaman 20,5 x 13,5 cm
Ilustrasi Sampul
Sampul depan novel ini berlatarkan warna hitam bercorak kuning kemerahan. Tulisan Pudarnya Pesona Cleopatra tampak terpampang jelas berwarna kuning menyala. Diatas tulisan judul, tercantum nama pencipta karya tersebut Habiburrahman El Shirazy dengan warna kuning kemerahan. Tulisan putih dibawah nama sang penulis seakan mempertegas bahwa sang penulis adalah pencipta karya sastra yang hasilnya bisa dikatakan best seller. Adapun yang menjadi daya tarik tersendiri dari sampul depan novel pudarnya pesona Cleopatra adalah gambar seseorang berbaju mesir kuno sedang menatap kesisi kanan belakang dengan raut wajah penuh kepedihan dan ketidakpastian.
Adapun dibagian sampul belakang, tak jauh beda latar warna sampulnya dengan bagian depan. Hanya corak kekuningan tampak sedikit lebih kental bila dibandingkan dengan sampul depan. Tertulis beberapa penggalan teks yang ada didalam cerita novel mini tersebut. seakan menggambarkan klimaks dari novel mini pudarnya pesona Cleopatra. Sedangkan dibagian atas terdapat tulisan berwarna kuning menyala yang berisi tentang pendapat Sirsaeba Alafsana, seorang penulis buku kado ulang tahun kekasihku setelah membaca novel tersebut.
BAB III
Cara Baca
Karena termasuk novel yang kata-katanya mudah untuk dimengerti sekalipun bagi para pembaca pemula, maka tidak perlu dibutuhkan waktu yang lama untuk membacanya. Normalnya apabila kita membaca novel ini tanpa ada rehat, dibutuhkan waktu 3-4 jam sampai kita membacanya hingga tamat.
Proses pemahamannya pun cukup mudah. Dengan membaca tiap alur dalam cerita tanpa ada proses pengulangan pembacaan, memudahkan pembaca untuk memahami jalan cerita dalam buku Pudarnya Pesona Cleopatra.
BAB IV
Sinopsis
Pudarnya Pesona Cleopatra, sekian dari beberapa banyak novel karya Habiburrahman El Shirazy yang diapresiasi oleh para pembacanya sebagai novel-novel best seller . dalam buku tersebut, terdapat dua buah novel mini yaitu yang berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” yang sekaligus merupakan judul dari buku tersebut dan novel yang berjudul “ Setetes Embun cinta Niyala”
Pada novel pertama, Bang Abik-sapaan dekat Habiburrahman El Shirazy-mengajak kita dalam sebuah cerita bertemakan cinta yang menceritakan tentang seorang Pria yang memperistri seorang wanita hanya kerena ibadah dan dorongan dari ibunnya, tanpa ada ikatan cinta dalam hatinya. Pengarang menggunakan orang pertama sebagai tokoh utama, Raihana nama wanita yang diperistri oleh sosok “aku” dalam cerita tersebut. Digambarkan sebagai sosok cantik, sholehah, penyabar dan rajin membaca Al Qur’an. Namun sosok “aku” ternyata sangat terobsesi dengan wanita mesir, tiap mimpi tidurnya, seakan ditemani obsesi akan pesona Cleopatra cantik dan penuh kelembutan. Hingga pada suatu ketika Ia bertemu dengan Pak Qalyubi yang bercerita tentang kisah sedihnya menikah dengan seorang wanita cantik asal Mesir. Lepas dari cerita Pak Qalyubi, seakan membangunkan sosok “aku” dari obsesi yang hanya menjadi angan tidurnya saja. Akan tetapi diakhir cerita semua terlambat karena Raihana yang sedang mengandung dan tinggal bersama orang tuanya ternyata sudah meninggal dunia.
Sedangkan dalam novel kedua, Bang Abik lebih memusatkan pikiran pembaca pada sangkut paut permasalahan keluarga. “ Setetes Embun cinta Niyala” tak banyak perubahan dengan novel-novel terdahulunya. Bertemakan cinta yang tak terduga sebagai inti pemasalahanya. Berceritakan tentang sebuah akhwat lulusan fakultas kedokteran di salah satu universitas negeri di Jakarta. Akhwat tersebut dideskripsikan sebagai seorang gadis solehah bernama Niyala. Kenyataan akan masa depannya tak sesuai dengan apa yang ia bayangkan, selepas lulus dari universitas tersebut, Niyala harus kembali ke desa untuk menikah dengan laki-laki yang memiliki piutang dengan ayahnya. Demi melunasi utang ayahnya sebesar delapan puluh juta rupiah, Niyala harus menggadaikan dirinya kepada laki-laki yang berusaha memperkosanya ketika Ia masih duduk di sekolah dasar. Niyala berada dalam rasa belenggu berkepanjangan memikirkan hari pernikahan dan balas budi yang harus ia bayar.
Hingga akhirnya datanglah kakak angkat Niyala yang baru pulang dari cairo (mesir). Klimaks dalam cerita ini adalah ketika orang tua Niyala datang ke Jakarta untuk menjemputnya, Niyala yang penuh kebimbangan lalu meminta bantuan kepada Faiq (kakak angkat niyala) untuk mencari titik terang dari masalah tersebut. Sekali lagi keahlian Bang Abik dalam meramu jalan cerita diperlihatkan. Diakhir cerita ternyata tak terduga, kak Faiq memutuskan untuk meminang Niyala dengan mas kawin sebesar delapan puluh lima juta rupiah. Kedua insan itupun hidup bahagia dengan hati berlumang cinta saling memiliki.
BAB V
Tanggapan
Buku “Pudarnya Pesona Cleopatra” sanggup mendeskripsikan bagaimana masalah cinta menjadi hidup dan dapat membawa kita kealam khayal cerita akhir cerita dari kedua novel tersebut nyaris tak terduga oleh pembacanya. Sayangnya cover novel ini terkesan kurang menarik, beruntung nama Habiburrahman El Shirazy seakan menjadi daya tarik tersendiri dalam cover tersebut. Pembaca mana yang tak kenal dengan sang penulis Ayat-ayat cinta itu. Ciri yang paling dominan dari novel ini dan novel-novel Bang Abik lainya adalah penyisipan beberapa istilah islam dan ayat al Qur,an dalam tiap ceritanya, namun pengarang tak lupa memberikan penjelasan dalam catatan kaki.
Gaya bahasanya sangat indah dan mudah dimengerti sekalipun bagi para pembaca pemula. Sehingga tidak perlu dibutuhkan waktu yang lama dalam proses pembacaanya. Alur ceritanya pun lebih berwarna campuran. Isinya pun mengandung asas-asas percintaan apabila dikaitkan dengan dunia islami. Begitu banyak amanat yang patut dipetik setelah membaca novel ini. Satu hal yang paling mendasar adalah cinta kan selamanya memiliki sekalipun kekuatan cinta itu goyah, cinta pula tak pandang rupa, karena apabila memandang rupa niscaya berbuah kehancuran dalam hubungan itu sendiri.
Rekomendasi
Dua novel mini yaitu yang berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” dan “ Setetes Embun cinta Niyala” ini, sarat akan nilai-nilai sosial yang saat ini menjadi sebuah fenomena kehidupan. Sehingga cocok dibaca oleh semua golongan. Dalam buku yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra, Bang Abik berusaha meluruskan norma-norma yang terkesan menyimpang pada masyarakat saat ini. Agar para penikmat cinta tak salah memilih jalan dan tak salah memilih prinsip apabila cinta hanya karena sebatas ambisi ataupun rupa. Sehingga, dua novel mini ini sudah selayaknya untuk dibaca.
0 komentar:
Posting Komentar