Restu Nur Wahyudin

-Teacher, Writer, and Adventurer-

Makalah Psikologi Pendidikan

Leave a Comment

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktik pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabar kemanusiaannya. Semua tindakan pendidik diarahkan kepada tujuan agar potensi peserta didik berkembang optimal sehingga mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui (Tatang, 2007: 1).

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Karena dengan proses belajar mengajar, peserta didik dapat mencapai tujuannya—dalam hal ini kearah yang lebih baik. Berbagai metode yang digunakan oleh para ahli dalam menjalankan proses belajar mengajar.

Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.

Seyogyanya kita harus memahami dan mengerti proses belajar mengajar, baik dari masalah-masalah terjadi di dalamnya hingga penyelesaiannya yang sangat erat kaitannya dengan dunia kependidikan.

1.2 Batasan Masalah

  1. Definisi proses belajar mengajar.
  2. Deskripsi proses belajar mengajar.
  3. Masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar.
  4. Cara mengatasi masaalah belajar mengajar

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang kami uraikan, kami dapat merumuskan tiga masalah, yaitu,

  1. Apa itu proses belajar mengajar?
  2. Bagaimana proses belajar mengajar?
  3. Masalah apa saja yang timbul dalam proses belajar mengajar?
  4. Bagaimana cara mengatasi masalah belajar mengajar?

1.4 Tujuan

  1. Memahami definisi proses belajar mengajar.
    1. Mendeskripsikan proses belajar mengajar.
    2. Mengetahui masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar.
    3. Mengetahui cara mengatasi masalah belajar.

1.5 Manfaat

  1. Secara teoretis, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.
  2. Secara praktis, penelitian dapat memberikan pengetahuan mengenai prinsip dasar proses belajar mengajar.

1.6 Metode Pengumpulan Data

  1. Studi Literatur

Yaitu mengumpulkan data dengan membaca buku-buku penunjang yang relevan

2. Menggunakan website yang berhubungan erat dengan proses belajar mengajar.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Proses Belajar Mengajar

Di kalangan para ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (Abin: 2009: 157) salahsatu pendapat mengenai definisi belajar dikemukakan oleh Gagne dan B.F.Skiner.

Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.

Belajar menurut pandangan B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Namun, baik secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan makna dari definisi belajar. Yaitu bahwa belajar selalu menunjukan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu (Gage and berliner, 1976:86).

Sedangkan mengajar dapat diartikan sebagai melatih individu kearah yang lebih baik—dalam hal ini antara pendidik dan peserta didik.

Maka dari berbagai definisi mengenai belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuannya.

2.2 Deskripsi Proses Belajar Mengajar

a. Proses Belajar Mengajar

Perilaku belajar pada dasarnya hanya merupakan salah satu pihak perilaku. Adapun proses belajar-mengajar tersebut antara lain:

  • Proses Belajar dalam konteks S-O-R

Salah satu paradigma yang cocok untuk menggambarkan mekanisme proses perilaku belajar, ialah sebagai berikut:

S-Ow-R

Dengan menggunkan paradigma di atas, mekanisme proses belajar dari diri siswa dapat diterangkan sebagai berikut:

1) Tahap pertama (S=r-Ow) antara lain, penerimaan input informasi (S: penjelasan, data,masalah, pemerintah tugas dan sebagainya dalam bentuk tulisan/lisan, isyarat atau simbol) sampai dan diterima oleh receptor (r: panca indera), kemudian dibaca dan diseleksi atau diperahatikan oleh siswa (Ow: dapat dipahami, menarik, berfaedah, dan sebagainya) lalu disimpan dalam daya ingat memorinya.

2) Tahap kedua (Ow) pengolahan informasi, siswa mentransformasikan transformasi yang telah ada dalam memorinya kedalam bahasa yang biasa dipergunakan dalam berpikirnya.

3) Tahap ketiga (Ow-e-R) ekspresi hasil pengolahan informasi, Siswa memilih, menggunakan, dan menggerakan instrumen (e: mulut, tangan, kaki dan sebagainya).


Jika proses dalam konteks S-Ow-R ini dikatakan dengan proses belajar mengajarsebagai suatu keseluruhanprose, tinggal menambahkan 1 komponen lagi saja kedalam paradigma komponen guru ynag berperan berperan menciptakan atau mengondisikan atau mengajar komponen S dan memonitor response (R) dan siswa (O), yang kemudian dapat dalam rangkaian berikutnya dapat berperan lebih lanjut ssswbagai reinforcer, dan dapat dikonklusikan sebagai berikut:

W-S-Ow-R-W

Dalam hal ini W dapat dipandang sebagai yang melambangka komponen guru atau sebangsanya, yang merupakan lingkungan pembelajaran yang kondusif.

  • Proses belajar mengajar dalam konteks what-why-how?

Dengan mengambil model paradigma umum seperti ini, dapat digambarkan seperti berikut:

1) Pertama, siswa merasakan adanya kebutuhan.

2) Kedua, siswa menyadari bahwa cara-cara belajat yang selama ini biasanya ia gunakan (habits) atau keterampilan-keterampilan yang telah dimilikinya ternyata tidak memadai lagi dan digunakan untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasinya, ia memerlukan perilaku baru.

3) Ketiga, mencoba melakukan cara-cara atau pola-pola sambuta yang telah diketahui dan dipilihnya yaitu di dalam praktik.

Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar sebagai suatu keseluruhan proses, dapatlah dikatakan bahwa siswa mulai akan belajar jika diawali dengan menciptakan situasi yang dapat menimbulkan keinginan atau rasa kebutuhan dalam diri siswa.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar Mengajar

Secara fundamental, Dollar dan Miller (Loree, 1970:136) menegaskan bahwa keefektifan perilau belajar itu dipengaruhi oleh empat hal, antara lain:

1) Adanya motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu.

2) Adanya perhatian dan pengetahuan akan sasaran (cue), siswa harus memerhatikan sesuatu.

3) Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu.

4) Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (resinforcement), siswa harus memeroleh sesuatu.

(Loree, 1970:136) dengan mengembalikannya pada tigakomponen utama dari proses belajar mengajar yang harus diperhatikan oleh setiap pengajar yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar. Adapun komponennya antara lain: Stimulus, Organism dan Response.

c. Pengungkapan dan pengukuran hasil proses belajar

Salah satu tugas pokok dari seorang guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.taraf keberhasilan itu bergantung pada tingkat ketepatan,kepercayaan,keobjektifan,dan kerepresantatifan informasi yang didukung oleh data yang diperoleh.Dapat kita identifikasi bahwa wujud perubahan-perubahan dan pribadi sebagai hasil belajar dapat bersifat; fungsional-stuktural, material-subtansial, dan behavioral. Penggolongan perilaku menurut Bloom antara lain; kognitif, afektif, dan psikomotor.

  • Kognitif

Hasil belajarnya berupa pengamatan, hafalan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Cara pengungkapannya berupa tugas,pertanyaan,soalan,observasi.

  • Afektif

Hasil belajarnya berupa penerimaan, sambutan, penghargaan. internalisasi, karakterisasi atau penghayatan. Cara pengungkapannya berupa pertanyaan, test, skala sikap, tugas, observasi, tufas ekspresif atau proyektif.

  • Psikomotor

Hasil belajarnya berupa keterampilan bergerak atau bertindak,keterampilan ekspresi verbal dan nonverbal. Cara pengungkapannya berupa tugas,observasi,tes, atau tindakan.

Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget, antara lain:

1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.

2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas dan tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.

3. Fungsi, yaitu cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.

2.3 Masalah yang Timbul dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam makalah ini kami menitikberatkan pada masalah lupa, ingat dan kejenuhan dalam proses belajar. Morison (Whiterington, 1952:187), berpendapat bahwa memang hasil-hasil belajar yang merupakan perubahan sungguh-sungguh dalam perilaku dan pribadi individu bersifat permanen. Dalam kenyataannya, memang banyak hal-hal yang telah dipelajari sukar sekali bahkan tidak dapat diproduksi lagi dalam ingatan kita. Hal tersebut biasa dikenal dengan istilah lupa. Adapun faktor-faktor yang dapat membawa gangguan dalam daya ingatan itu, atau menjurus kepada kelupaan, antara lain:

1) Jika hasil belajar yang baru mengganggu untuk me-recall hasil terdahulu.

2) Jika hasil belajar yang baru mengganggu untuk me-recall hasil belajar yang baru.

3) Recency effect, hal-hal yang secara mendadak kita hapalkan menjelang memproduksi lagi.

Peristiwa lainnya yang biasa kita alami yaitu seakan kita merasakan bahwa hasil belajar tidak ada kemajuan untuk beberapa waktu tertentu. Hal ini biasa disebut dengan istilah jenuh. Kejenuhan dalam belajar ini terjadi akibat factor keletihan, psyological limits (batas-batas kemampuan fisik kita), kejemuan atau kebosanan.

2.4 Mengatasi Masalah dalam Proses Belajar Mengajar

  1. Syarat agar peserta didik berhasil belajar

Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai berikut: kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar di sekolah dan diluar sekolah.

  1. b. Syarat agar pendidik berhasil dalam mengajar

Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik, serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktek pendidikan. Pernyataan ini mengacu kepada asumsi bahwa:

  1. Peranan pendidik adalah membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya
  2. Tahap perkembangan peserta didik mengimplikasikan kemampuan dan kesiapan belajarnya.
  3. Keberhasilan peserta didik menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada tahapannya akan mempengaruhi keberhasilan penyelesaian tugas-tugas perkembangan pada tahap perkembangan selanjutnya.
  4. Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas perkembangan peserta didik memungkinkan akibat negative bagi perkembangan peserta didik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah kami paparkan mengenai proses belajar mengajar. Kami dapat memberikan kesimpulan bahwa proses belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Adapun yang terlibat dalam proses belajar mengajar tersebut adalah antara peserta didik dan pendidik. Dalam hal ini peserta didik mendapat pengajaran sedangkan pendidik memberikan pengajaran. Proses belajar mengajar akan berhasil sesuai tujuan jika peserta didik dan pendidik dapat bekerja sama dan saling menutupi kekurangan satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Burton,W.H. (1952) The Guidance of Learning Activities,N.Y: Apleton-Century and Crofts,Chapter 2 and 6

Champion,R.A.(1968) Learning and Activation,N.Y.:Willey and Sons,Part E and G

Syamsyudin Makmun, Abin. 2009. Psikologi Kependidikan, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA Bandung.

www.google.com

www.blogspot.com

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar